Perpustakaan Digital

Dublin Core

              Dublin Core Metadata Element Set (DCMES) berawal dari serangkaian diskusi pada bulan Oktober tahun 1994 di Chicago. Ketika itu sedang berlangsung International World Wide Web Conference ke-2 yang dihadiri juga oleh tokoh dari lingkungan perpustakaan, khususnya dari OCLC (Online Computer Library Center). Salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah publikasi ilmiah lewat WWW, dan masalah temu balik sumber informasi di WWW yang bukan semakin mudah tetapi semakin kompleks. Disepakati bahwa perlu diadakan suatu lokakarya untuk membahas kemungkinan menciptakan suatu format metadata yang dapat mempermudah resource discovery dari web resources. NCSA (National Computational Science Alliance) dari Amerika Serikat dan OCLC menjadi pemrakarsa lokakarya ini yang diadakan di OCLC Dublin, Ohio, pada tahun 1995. Hasil dari lokakarya ini adalah Dublin Core Metadata Element Set (DCMES), yaitu standar metadata yang sekarang lebih dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Lokakarya pertama ini disusul dengan serangkaian lokakarya internasional yang bertujuan untuk mengembangkan dan menyebarluaskan penerapan Dublin Core dan standar metadata lain yang dapat meningkatkan resource discovery umumnya.
              Dublin Core adalah salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Gagasan membuat standar baru dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web.

Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
  • Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
  • Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum
  • Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.


Ciri-ciri Dublin Core yang diharapkan bisa diterapkan secara luas oleh berbagai kalangan adalah:
  • Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh awam (bukan pengatalog) maupun profesional. Diharapkan bahwa pencipta resource itu sendiri akan dapat membuat metadata (deskripsi) karya mereka tanpa memerlukan pelatihan khusus, 
  • Semua unsur bersifat opsional dan dapat diulang apabila diperlukan, 
  • Unsur-unsur diterima secara internasional, dan dapat diterapkan oleh semua disiplin ilmu,
  • Setiap unsur dapat diperluas agar data yang lebih khusus (misalnya untuk disiplin ilmu atau aplikasi khusus) dapat tertampung, 
  • Dapat ditempatkan di dalam web page (embedded) biasanya sebagai bagian dari header, sehingga dapat dideteksi oleh web robot atau spider

  
Dublin Core terdiri dari 15 unsur sebagai berikut:
   


Tujuan Dublin Core adalah:
  1. Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali, 
  2. Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Dublin Core membantu penelusur awam atau non-profesional dengan menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah difahami, 
  3. Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai, Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesia , dan Spanyol. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group mengkoordinasikan upaya untuk menghubungkan versi-versi ini lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik, 
  4. Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan, kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan. Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core yang sesuai dengan kebutuhan yang timbul di lapangan. 

Daftar Pustaka:
Ajie, Miyarso Dwi. 2012. Metadata Pengkatalogan Abad 21, (Online). (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/PRODI._PERPUSTAKAAN_DAN_INFORMASI/MIYARSO_DWI_AJIE/Makalah_a.n_Miyarso_Dwiajie/Hand_Out_%2311-Metadata.pdf, diakses 24 Februari 2017).


Kartika. 2011. Metadata, (Online). (http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37829-hardskill%20-metadata%20.html, diakses 24 Februari 2017).



Komentar

  1. DublinCore, MARC, dan sebagainya perlu mendapatkan perhatian yang cukup dari para pembelajar bidang informasi

    BalasHapus
  2. apakah ini berarti dublin core paling mudah diterapkan dibanding metadata lainnya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital