Manajemen Desain Perpustakaan

Learning Commons

Pertukaran informasi yang begitu cepat di era globalisasi saat ini menjadikan perpustakaan harus melakukan perubahan dalam hal menyediakan layanan atau koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna. Tantangan terbesar bagi perpustakaan perguruan tinggi saat ini adalah perubahan perilaku pengguna yang kurang menaruh minat terhadap perpustakaan dan semakin akrab dengan teknologi informasi serta menginginkan layanan yang serba cepat dan lebih bersikap aktif atau dikenal dengan golongan digital natives. Perubahan perilaku ini menjadikan perpustakaan harus melakukan sebuah inovasi untuk menarik minat pengguna terutama generasi digital agar tetap berkunjung ke perpustakaan. Salah satu inovasi yang bisa dilakukan perpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakan layanan Learning Commons.
Keberadaan learning commons saat ini sudah banyak dikembangkan oleh perpustakaan perguruan tinggi. Hal ini mengingat bahwa generasi pada era digital ini berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, sehinga perlu pendekatan yang berbeda. Learning commons sendiri lebih menekankan bagaimana menyediakan fasilitas ruang atau tempat bagi mahasiswa, baik untuk belajar secara serius maupun belajar secara santai, atau bahkan sekedar melakukan eksplorasi ke dalam eksplorasi sumber-sumber yang diminati.
Learning commons merupakan kolaborasi dari perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi, serta lingkungan yang menyenangkan. Pustakawan sendiri dapat berperan sebagai bagian yang ikut mengembangkan learning commons agar informasi dan sumber daya yang tersedia dapat mewakili kebutuhan semua generasi yang memanfaatkan perpustakaan dan juga learning commons.
Bahkan pustakawan dapat menjadi supervisor, asisten, maupun sekedar teman berdiskusi dan belajar bagi pemustaka, terutama terkait dengan sumber-sumber informasi yang mendukung proses belajar mereka. Learning commons merupakan satu bentuk upaya peningkatan layanan perpustakaan dari segi penyediaan fasilitas yang dapat mendorong iklim pembelajaran dan pendidikan yang lebih baik. Karena dengan fasilitas yang memadai maka perpustakaan akan dapat benar-benar hadir sebagai solusi edukatif bagi para pemustakanya.
Tujuan learning commons lebih mengarah kepada bagaimana pustakawan mampu memiliki cara pandang yang baru dalam menghadapi generasi digital. Dari yang semula sangat melindungi informasi dan sumber-sumber lain yang ada di perpustakaan menjadi lebih terbuka dan mampu mengarahkan pengguna untuk melakukan akses informasi dan sumber-sumber yang ada di perpustakaan. Dari yang semula tertutup dan membatasi diri dengan pengguna menjadi terbuka dalam melakukan pelayanan dan mampu berinteraksi dengan pengguna.
            Memiliki perpustakaan dengan berbasis pada konsep learning commons bukan berarti harus mengeluarkan dana besar, juga bukan berarti harus memiliki gedung dan ruangan yang besar. Hal yang terpenting adalah bagaimana perpustakaan mampu menciptakan suasana yang nyaman di dalam perpustakaan dan mampu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Melalui bukunya, Harland (2011) memberikan beberapa aspek tentang upaya yang dapat dilakukan oleh perpustakaan untuk menerapkan konsep learning commons pada perpustakaan perguruan tinggi:
1.    User-Centered
     Perpustakaan akan dikatakan sukses jika berorientasi kepada kebutuhan pemustaka dan bukan  
     hanya fokus kepada pengadaan teknologi. Mengenali dan memahami apa yang dibutuhkan dan
     sering dimanfaatkan oleh pemustaka merupakan hal penting yang harus diketahui oleh
     perpustakaan.
 2.    Fleksibel
    Menciptakan perpustakaan yang fleksibel, tidak kaku, dan mudah beradaptasi. Kebijakan dan     
    aturan yang berlaku di perpustakaan diharapkan dapat disesuaikan dengan perkembangan dan
    kondisi kebutuhan pemustaka. Generasi digital adalah generasi yang tidak menyukai aturan
    yang kaku dan ketat. Generasi ini tidak akan merasa nyaman jika berada dalam ruangan yang
    memiliki banyak larangan.
3.    Information Desk
    Menyediakan layanan help-desk atau layanan informasi yang dapat membantu pemustaka
    menemukan informasi yang dibutuhkan. Layanan ini sangat penting bagi perpustakaan guna
    memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.
4.    Keterbukaan
    Menghilangkan penghalang antara pemustaka dan pustakawan, ciptakan keterbukaan antara
    pemustaka dan pustakawan untuk dapat menciptakan interaksi yang baik dan memberikan
    kenyamanan kepada pemustaka.
5.    Asas Kepercayaan
     Beri kepercayaan kepada pemustaka sehingga pemustaka juga akan mempercayai
     perpustakaan. Misalnya kepercayaan dalam melakukan akses informasi.
6.    Publikasi
    Gunakan setiap kesempatan untuk melakukan publikasi tentang perpustakaan untuk lebih
    mendekatkan perpustakaan dengan pemustaka.

Daftar Pustaka
Fatmawati, Endang. 2010. Learning Commons dalam Perspektif Perpustakaan 2.0. Jurnal Iqra’.
(Online), Vol .4, No.1, (http://download.portalgaruda.org, diakses tanggal 20 November 2016).
 Kumalawati, D & Hermin Indah Wahyuni. 2014. Learning Commons sebagai Upaya Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Perubahan Perilaku Generasi Internet. Prosiding Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi untuk Net Generation: Tantangan dan Peluang (hlm. 84-92), (Online). (http://sir.stikom.edu, diakses tanggal 2 November 2016).
 Yusuf, Muh Choironi. 2015. Learning Commons: Konsep Pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Generasi Digital. Jurnal Pustakaloka, (Online), Vol.7, No.1, (http://download.portalgaruda.org, diakses tanggal 3 November 2016).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital